PUISI : MERASAKAN PERTEMUAN PERTAMA

 
Merasakan Pertemuan Pertama....

Aku duduk terdiam di hadapanmu

aku mulai menatap wajahmu

penuh dengan kepastian

membuat hatimu semakin tak tenang

namun kau hanya termanggu

tertunduk malu persisnya

PUISI : RASA YANG TIDAK PASTI....

 
Rasa Yang Tidak Pasti....

Benarkah....

di hujung sebuah mimpi hanya sepi

jauh dari gambaran realiti

hanya mainan ilusi beradu

seperti debaran itu

tak pernah berhenti walau wajah beradu

hembuskan nafas memburu

rasa yang tidak pasti

PUISI : SEPERTI MALAM-MALAM YANG BIASA....

 
Seperti Malam-Malam Yang Biasa....

Malam ini ku sendiri lagi

seperti malam-malam yang biasa

ditemani malam yang kelam

malam yang sunyi dan sepi

bukan kemahuan ku

bukan kehendak ku

PUISI : TENTANG AKU DAN KESENDIRIAN....

 
Tentang Aku Dan Kesendirian....

Tentang aku dan kesendirian

Baring, tidur, bangun, duduk, berjalan

melihat, mendengar, merasakan sesuatu

ketawa,terdiam dan berbicara kesendirian

ruting harian yang ku lalui tika ini

persis tidak siuman ku rasakan

PUISI : MALAM PENUH TAKBIR

 
Malam Penuh Takbir

Rintik-rintik hujan masih jelas kedengaran

setitik demi setitik gugur kebumi

rahmat yang dikurniakan menyambut

malam penuh takbir....

Asma Mu berkumandang memenuhi ruang sang malam

bergema memuji-muji Ilahi

aku lihat Ramadhan dari kejauhan

sayup kedengaran seolah-olah berkata

"Aku harus pergi, mungkin jauh dan sangat lama"

jiwa meruntun pilu

melepas kepergianmu dengan derai air mata 

PUISI : KAU HANYA SEBUAH ILUSI CUMA....

 
Kau Hanya Sebuah Ilusi Cuma....

Aku....

tertatih-tatih mencari sebuah pengertian

cuba memahami setiap liku perjalanan

kehidupan semalam dan untuk esuk

terjerat dalam kebingungan

waktu yang merenggut manisnya kehidupan

kegagalan adalah sesuatu yang biasa

waktu tersulit dalam hidup

adalah ketika aku harus menerima kenyataan

ketika seseorang yang sangat bererti pergi

perlukah aku terus meratapi bersedih?

PUISI : AKU DAN MALAM....

 
Aku Dan Malam....

Malam...

kau membisu seribu makna

segenap tawa terbungkam mati

raga berlagu pilu terdampar resah

menoktahkan setiap asa dan langkah

fikiran buntu berirama kekalutan

kehangatan bayu tertusuk menerjah

bening-bening peluh keguguran melimpah  

saperti ada sesuatu yang tidak pasti

meneka dalam kesamaran cuma

PUISI : ADAKALANYA, KENAPA....

 
Adakalanya, Kenapa....

Reaksi emosi jangan dituruti

implikasinya tidak seperti yang diimaginasi

Perlukah aku terus tunduk membisu

merelakan jiwa ini terus tertekan

diulit dengan ulah bicara-bicara egois

aku cuba mendefinisikan akan dirimu

tak jua bisa kutulis tepat

kesimpulan tentang keperibadianmu

semua yang kau lakukan

membunuh perlahan-lahan semangatku

hanya untuk sebuah kepuasanmu